Tragedi Merapi memberi pelajaran berharga : jangan pernah menantang bahaya yang tealh diisyaratkan oleh alam. Berumah di kawasan yang rawan terkena dampak letusan gunung ini juga sangat tidak dianjurkan, bahkan seharusnya dilarang oleh pemerintah.
Pemerintah dan masyarakat seirng menyepelekan ancaman bahaya gunung berapi paling aktif di dunia ini. Bahkan, tak lama setelah Merapi meletus, sebagian pengungsi buru- buru kembali ke rumah dan pemerintah tak melarangnya. Padahal gunung ini belum tuntas beraksi. Menurut para ahli, Merapi baru menuntahkan debu vulkanik dan wedhus gembel atau awan panas. Lava dan sebagian besar material vulkanik masih tertahan.
Mengapa kita tidak memilih sikap hati- hati? Mestinya letusan Selasa ltanggal 19 Oktober 2010 yang lalu, yang menewaskan 32 orang, membuat masyarakat lebih waspada. Sebagian besar korban meninggal akibat tersengat awan bersuhu 600 sampai 1.000 derajat Celvius itu. Korban terbanyak jatuh di Kampung Kinahrejo, tempat tinggal Mbah Maridjan.Juru kunci Merapi ini juga meninggal akibat amukan Wedhus Gembel
Kampung Maridjan cuma salah satu dusun di zona bahaya. Ada banyak kampung yang tersebar di 10 desa, yang juga berada di zona merah. Sebanyak 8.000 orang tinggal di sini. Sebagian mereka penduduk Sleman, Yogyakarta, dan selebihnya adalah penduduk beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Merekalah yang paling terancam setiap kali Merapi meletus.








Leave a Reply.